Minggu, 30 November 2008

Jika CINTA....

Jika ia sebuah cinta ia tidak mendengar,
namun sentiasa bergetar.

Jika ia sebuah cinta ia tidak buta
namun, sentiasa melihat dan merasa.

Jika ia sebuah cinta ia tidak menyiksa
namun, sentiasa menguji.

Jika ia sebuah cinta ia tidak memaksa
namun, sentiasa berusaha.

Jika ia sebuah cinta ia tidak cantik
namun, sentiasa menarik.

Jika ia sebuah cinta ia tidak datang dengan kata-kata
namun, sentiasa menghampiri dengan hati.



Jika ia sebuah cinta ia tidak terucap dengan kata
namun, sentiasa hadir dengan sinar mata.

Jika ia sebuah cinta ia tidak hanya berjanji
namun, sentiasa coba memenangi.

Jika ia sebuah cinta ia mungkin tidak suci
namun, sentiasa harmoni.

Jika ia sebuah cinta ia tidak hadir karena permintaan
namun, hadir Karena ketentuan.

Jika ia sebuah cinta ia tidak hadir dengan kekayaan dan kebendaan
namun, hadir karena pengorbanan dan kesetiaan.

Kontributor : Dwi Dasalinda

Pelajaran Luar Biasa

renungi maknanya!

Pelajaran Luar Biasa

Seorang wanita berjilbab rapi tampak sedang bersemangat mengajarkan
sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya.

Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Sang guru
berkata, "Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada
kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka
berserulah "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah
"Penghapus!" Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru
berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin
lama semakin cepat.

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang
perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus!", jika
saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!". Dan dijalankanlah
adegan seperti tadi, tentu saja murid-murid kerepotan dan kelabakan,
dan
sangat sulit untuk merubahnya. Namun lambat laun, mereka bisa
beradaptasi dan tidak lagi sulit.

Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada
murid-muridnya.. "Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq
itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun
kemudian, musuh-musuh kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara,
untuk membalik sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya.

Pertama-tama mungkin akan sulit bagi kita menerima hal tersebut, tapi
karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka,
akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai
mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik nilai."
"Pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian mini dan ketat menjadi hal yang lumrah, minum khamr menjadi suatu hiburan, materialistis dan permisifitas kini menjadi
suatu gaya hidup pilihan, tawuran menjadi trend pemuda, memakan harta
riba adalah hal yang biasa... dan lain lain."

"Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi
sedikit menerimanya. Paham?" tanya Ibu Guru kepada murid-muridnya.
"Paham buu..."

"Baik permainan kedua..." begitu Bu Guru melanjutkan. "Bu Guru punya
Qur'an, Ibu letakkan di tengah karpet. Nah, sekarang kalian berdiri di
luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an
yang ada di tengah tanpa menginjak karpet?" Nah, nah, nah.
Murid-Muridnya berpikir keras. Ada yang punya alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.

Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, ia gulung karpetnya, dan ia
ambil Qur'annya. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet.

"Anak-anak, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. .. Musuh-musuh
Islam tidak akan menginjak-injak kalian dengan terang-terangan. ..
Karena
tentu kalian akan menolaknya mentah mentah. Premanpun tak akan rela
kalau Islam dihina di hadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kalian
perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar."

"Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah
pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah
aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah
kalau membongkar pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan
dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, lemari disingkirkan dulu satu
persatu, baru rumah dihancurkan. .." "Begitulah musuh-musuh Islam
menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia
akan perlahan-lahan mencopot kalian. Mulai dari perangai kalian, cara
hidup kalian, model pakaian kalian, dan lain-lain, sehingga meskipun
kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti
cara mereka...
Dan itulah yang mereka inginkan."

"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Dan inilah
yang dijalankan oleh musuh musuh kalian... Paham anak-anak?"
"Paham buu!"
"Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak
Islam,Bu?" tanya mereka.

"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang, semisal Perang
Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi."

"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan
sadar, akhirnya ambruk. Tapi kalau diserang serentak terang- terangan,
mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar."

Kalau saja ummat Islam di Ambon tidak diserang, mungkin umat Islam akan
lengah terhadap sesuatu yang sebenarnya selalu mengincar mereka.
"Paham anak-anak?" "Paham Buu.."

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita
berdoa dahulu sebelum pulang..."

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat
belajar mereka dengan pikiran masing-masing
di kepalanya.


Kontributor : Eva Imania Eliasa

GIGIH HINGGA MENDIDIH

"Kegigihan adalah kerja keras yang kau lakukan setelah engkau lelah melakukan semua kerja keras yang telah kau lakukan" -Newt Gingrich


Ada masa dalam hidup kita dimana kita merasa mau menyerah. Kita merasa begitu lelah dan terkuras oleh semua kerja keras yang kita lakukan dan kita ingin menyerah. Mungkin kita merasa diri kita seperti air dalam ketel di atas kompor. Dengan panas yang kita rasakan dari bawah, kita merasa sakit dan terluka. Setelah beberapa waktu, kita merasa lebih baik menyerah. Kita mau ada seseorang yang akan memindahkan kita dari api itu sehingga kita bisa mendinginkan diri kita.

Tapi, berikut ini adalah fakta mengenai air yang dipanaskan. Pada suhu 211 °F (99.44°C), air itu panas...hanya panas. Pada suhu 212°F (100°C), air mendidih! Bersama mendidihnya air, terbentuklah uap. Dan uap bisa menggerakkan lokomotif baja yang besar atau turbin raksasa di pembangkit listrik. Sesuatu yang tidak akan bisa dilakukan oleh air panas saja. Adalah satu derajat ekstra ITU yang membuat perbedaan tersebut. Ia adalah rentang waktu yang sangat singkat dari saat kita memutuskan untuk menyerah dan berbalik. Bila kita mau bertahan sebentar lagi, kita juga bisa bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih besar.

Gunakan konsep 212° ini dalam hidup kita dan lihat dampak luar biasa yang bisa kita ciptakan dengan kehidupan kita, baik itu dalam pekerjaan, dalam pelayanan, dalam kultur perusahaan atau bahkan dalam perkembangan pribadi kita. tetap di jalur yang sekarang, tetap fokus da bertahanlah dalam segala godaan dan pencobaan...lihat apa yang akan terjadi...kita akan membuat diri kita sendiri terpana dengan apa yang SEBENARNYA bisa kita lakukan...




--
Nabilah Syechbubakar
-----------------------------------
Corporate Social Resposibility
PT. Mobile Kreasi Indonesia
www.utones.biz

Senin, 24 November 2008

HOLISME DAN HUMANISME : A. MASLOW DAN C. ROGERS




Sejak Rene Descartes (ahli filosof dan matematika dari Perancis; 1596-1650), membagi manusia menjadi dua bagian yang terpisah tetapi satu kesatuan yang saling berinteraksi yaitu jiwa dan raga, para filosof, psikolog, dokter, dan ahli lain telah mencoba untuk menggabungkan kembali organisme tersebut, untuk memperlakukan seperti hal yang dipersatukan, mengorganisir secara utuh.
Holisme, bila ditelusuri dari akarnya berasal dari konsep Aristoteles (filosof dari Yunani), Baruch Spinoza (filosof Belanda), dan William James (filosof dan psikolog dari Amerika), yang berkaitan dengan pergerakan Gestalt sebelum perang dunia I. Konsep holisme selalu mengemukakan bahwa organisme merupakan satu kesatuan yang utuh, bukan terbagi-bagi dalam bagian-bagian. Pikiran dan tubuh bukan merupakan bagian yang terpisah, tetapi merupakan satu bagian yang utuh, dan apabila terjadi sesuatu pada salah satunya maka akan berpengaruh pada keseluruhan.
Meskipun banyak teori kepribadian kontemporer mengadopsi lebih atau kurang dari orientasi holistik, konsep teori dari Abraham Maslow dan Carl Rogers ini berbeda dengan teori Freud, Carl Jung, Henry Murray dan Gordon Allport, walaupun mereka mengidentifikasi diri mereka sebagai tokoh-tokoh pergerakan humanistik dalam psikologi modern. Konsep humanisme yang diusung oleh Abraham Maslow mengemukakan bahwa yang menentukan keberhargaan seorang manusia adalah kapasitas atau kemampuannya untuk dapat merealisasikan diri. Teori humanistik percaya bahwa manusia memiliki potensi diri untuk sehat dan kreatif, jika kita mau menerima tanggung jawab bagi kehidupan diri kita sendiri.

Abraham H. Maslow (1908-1970)
Abraham H. Maslow lahir dan besar di Brooklyn, dimana orangtuanya tinggal setelah beremigrasi dari Russia. Pada awalnya keluarga Maslow sangat miskin tetapi secara pesat meningkat pada lingkungan “kelas menengah”, karena ayah Maslow yang seorang pengusaha pada akhirnya dapat menjadi sukses. Maslow tidak terlalu dekat dengan ibunya, sedangkan dia menganggap ayahnya adalah orang baik, tetapi tidak memahami minat intelektualnya. Bertha Goodman (sepupu Maslow) adalah figur yang mempengaruhi masa kecil Maslow.
Pada umur 16 tahun, Maslow sadar bahwa dia mencintai Bertha, dan menikahinya pada tahun 1928. Dia mempunyai anak (Ann dan Ellen), dan Maslow berkata bahwa kelahiran anak pertamanya telah merubah kehidupannya. Ketika pertama kali sampai di Wiconsin dia sangat antusias terhadap Watson dan teorinya tentang “behavior”. Setelah penelitiannya dengan “monyet”, Maslow melakukan studi paralel tentang manusia, dengan menemukan banyak kesamaan (Maslow 1968). Pada suatu saat di tahun 1941, setelah Pearl Harbor diserang oleh Jepang, Maslow mengatakan bahwa ia menyerah telah mengambil jalan yang egois. Dia mempunyai visi yang lain tentang manusia dan sekitarnya.
Maslow sangat tertarik pada teori Freud dan Gestalt dengan konsep organisme dilihat dari pertumbuhannya, tetapi walaupun begitu, studinya tentang filsafat meyakinkannya bahwa kesejahteraan seorang manusia tidak akan ditemukan dalam konsep behaviorisme ataupun psikoanalisis.

Manusia Pada Dasarnya Baik
Pertama, menurut Maslow, manusia mempunyai suatu struktur psikologis yang penting yang ada pada struktur fisik mereka : mereka mempunyai “kebutuhan, kapasitas, dan kecenderungannya berdasarkan genetik.” Sebagian karakteristik ini adalah tipikal pada semua manusia; dan sebagian ada yang "unik pada individual.” Kebutuhan ini, kapasitas, dan kecenderungan yang sangat utama baik atau sedikitnya netral, mereka bukanlah sifat yang jahat. Dugaan ini pada salah satu novel Maslow, para penulis telah mengira bahwa kebutuhan manusia atau kecenderungannya jelek atau antisosial dan harus diatasi melalui latihan dan sosialisasi (ahli agama mengemukakan sebagai dosa; konsep Freud tentang Id).
Kedua, kesehatan dan perkembangan yang diinginkan termasuk aktualisasi karakteristik ini atau potensi-potensi orang yang berfungsi sepenuhnya. Kematangan orang “sepanjang garis bahwa ini tersembunyi, rahasia, secara samar-samar melihat sifat penting, tumbuh dari dalam dibandingkan menjadi pembentukan dari luar” (Maslow, 1954).
Ketiga, menurut Maslow, psikopatologi berasal dari frustrasi, pengingkaran, atau guncangan sifat alami manusia. Hal ini berarti bahwa psikoterapi atau terapi yang dilakukan adalah mengarah pada aktualisasi diri dan pengembangan pribadi individu atau ”inner nature” (Maslow 1954)

Motivasi : Hirarki Kebutuhan
Gambar Hirarki Kebutuhan dari Maslow


Harga Diri

Kebutuhan Psikologis (Dicintai, Diterima, Memiliki)


Rasa Aman


Kebutuhan Fisiologis
Aktualisasi Diri

Maslow memformulasikan sebuah teori dari motivasi manusia dalam berbagai kebutuhan manusia yang dilihat seperti muncul dalam hirarki pertunjukkan. Kebutuhan dasar manusia, berupa makan dan minum harus dipenuhi terlebih dahulu dari kebutuhan yang lain, seperti kebutuhan akan harga diri dan lainnya.

Kebutuhan Fisiologis
Sebagian kebutuhan fisiologis adalah homeostatik dalam alami (mencoba untuk memelihara yang seimbang antara elemen yang berbeda). Sebagai contoh, melalui asupan makanan dan air, tubuh mencoba untuk memelihara berbagai macam keseimbangan dalam darah dan jaringan tubuh seperti isi dari garam, gula, protein, dan substansi yang lain.



Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan berikut adalah kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan untuk keamanan, stabilitas, proteksi, struktur, order, hukum, batas-batas, bebas dari ketakutan dan kecemasan, dan seterusnya. Ekspresi manusia pada kebutuhan ini adalah nampak lebih jelas dalam respon-respon : menangis, menjerit, dan hentakan yang sangat tegang untuk ditangani secara kasar, yang terkejut oleh suara gaduh atau lampu yang terang, atau hanya dengan kekurangan yang didukung oleh orangtua. Seperti kelaparan, kesakitan dari penyakit, dari kemarahan orangtua dan perselisihan, atau dari kelalaian atau yang disalahgunakan, mungkin merubah pandangan anak-anak secara keseluruhan pada dunia. Dunia mungkin menjadi tempat teror dan kegelapan.

Kebutuhan Dicintai dan Mencintai
Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada manusia cukup baik, mereka akan bekerja keras dengan intensitas yang tinggi untuk meningkatkan hubungan secara afeksi dengan orang lain, yaitu keluarga, teman, pasangan jiwa, kekasih, anak-anak. Maslow mengemukakan bahwa kita mempunyai “kecenderungan seperti binatang untuk berkumpul, bergerombol, bergabung, untuk menjadi anggota” (1970) yang telah frustrasi “oleh kebijakan mobilitas kita, gangguan pada kelompok tradisional, menyebar pada keluarga-keluarga, kelompok generasi, orang urban yang menetap dan penghilangan dari desa yang menghadapi dan kesimpulan yang dangkal dari persahabatan di Amerika”.

Kebutuhan Rasa Harga Diri
Kebutuhan rasa harga diri ada dua set. Set pertama meliputi kebutuhan untuk kuat, penguasaan, kompetensi, percaya diri, dan mandiri. Set yang kedua meliputi kebutuhan untuk gengsi, dalam merasakan hormat dari orang lain; status; ketenaran; dominan; orang penting; bermartabat; dan penghargaan.

Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika keempat kebutuhan dasar, atau kekurangan, kebutuhan kita untuk mendiskusikan yang telah terpenuhi. Konsep aktualisasi diri dari Maslow benar-benar mempunyai relativitas. Diantaranya adalah konsep Jung pada arketipe diri, konsep Adler kekuatan kreatif dari diri, konsep Horney realisasi diri, dugaan Roger pada evolusi dan tumbuhnya diri.
Metaneeds
Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah merupakan payung dari segala kebutuhan, ada 17 metaneeds atau nilai-nilai. Metaneeds tersebut sangat fokus terhadap pengetahuan dan pemahaman. Beberapa metaneeds ini sangat penting, yang menjadi kebutuhan dasar; sebagai contoh, kebutuhan akan kebenaran, keadilan dan kebermaknaan atau kebutuhan akan estetika, sebagai contoh; keindahan, kesederhanaan, kesempurnaan.

Bagaimana Kepribadian dapat Teroganisir?
Bagi Maslow, unit kepribadian yang mendasar adalah sindrom kepribadian. Sindrom kepribadian adalah sesuatu yang terorganisir, saling ketergantungan, gejala-gejala struktur kelompok. Dalam studinya pada dua sindrom, yaitu; harga diri dan rasa aman, Maslow menyebutnya ”holistic-analytic methodology”.
Analisis Maslow tentang rasa aman dan sindrom kepribadian, dia membuat menjadi beberapa level dan level 1 adalah sindrom kepribadian itu sendiri dan level selanjutnya sampai pada level ke-5.

Sindrom Kepribadian
Level 1
Security - Insecurity
Sub Sindrom
Level 2
Kekuatan – Ketundukkan
Sub-Subsindrom
Level 3
Prasangka - Egalitarianism
Sub-Sub-Subsindrom
Level 4
Warna Kulit – Karakteristik Manusia lebih dalam
Sub-Sub-Sub-Subsindrom
Level 5
Perbedaan Individu – Persamaan Individu

Aktualisasi Diri : Puncak Pengalaman dan B & D Realms
Maslow melakukan studi tentang penyimpangan atau neurotik, dia mengemukakan bahwa individu hanya akan menghasilkan penyimpangan psikologi. Studi ini dilakukan terhadap seseorang yang menyadari sepenuhnya akan potensi-potensi dirinya. Menggunakan metode penelitian klinis. Maslow menemukan bahwa setiap subjek penelitian itu mengalami neurosis, kepribadian psikopat, psikosis dan kecenderungan penyimpangan-penyimpangan yang lain.

Puncak Pengalaman
Maslow memulai studi tentang puncak pengalaman ini, dengan bertanya kepada subjek tentang pengalaman yang paling indah dalam hidup mereka. Saat yang sangat membahagiakan, ketika merasa sangat dicintai atau ketika sedang mendengarkan musik atau saat kita melakukan hal yang kreatif. Orang yang mengalami puncak dari pengalamannya ini akan merasa mempunyai integritas diri. Ada 7 pengaruh dari puncak pengalaman ini, yaitu:
1. Menyembuhkan gejala-gejala neurotik
2. Kecenderungan untuk memandang diri dengan lebih baik
3. Perubahan dalam memandang orang lain, sehingga memperbaiki hubungan dengan mereka
4. Perubahan dalam memandang dunia
5. Melahirkan kreativitas, spontanitas dan ekspresif
6. Berusaha untuk mengulangi pengalaman yang membahagiakan
7. Memandang hidup lebih bermanfaat

B & D Realms
Menurut Maslow seorang individu berhubungan dengan dunia melalui 2 metode yaitu D dan B realms. D adalah defisiensi, individu yang hanya puas dengan memenuhi kebutuhan dasarnya saja. Dan B adalah being, ketika kebutuhan dasar dan motif-motifnya sudah terpenuhi, individu akan mulai fokus pada motivasi, aktualisasi diri dan memperkuat eksistensi dirinya.

Hal-hal yang Mendorong Aktualisasi Diri
Maslow tidak mengemukakan teori yang formal tentang perkembangan kepribadian. Dia lebih fokus pada perkembangan aktualisasi diri, ide-idenya tentang bagaimana individu dapat mengaktualisasikan diri dan bagaimana pendidikan dan masyarakat dapat mendorong aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dimunculkan di sekolah (Maslow 1971).
Seorang individu akan merasa menderita atau gagal mengaktualisasikan diri karena, terabaikan dan patologi sosial, lingkungannya menghalangi dirinya untuk dapat tumbuh normal. Hanya masyarakatlah yang dapat memunculkan aktualisasi diri.


Carl Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non direktive atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioner dalam risetnya pada proses terapi bahwa Carl Rogers adalah terkenal dalam dunia psikologi. Metode Rogers telah tersebar luas antar orang-orang dalam berbagai profesi, sebagai contoh konselor pendidikan, konselor bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers adalah orang pertama yang melibatkan peneliti ke dalam sesi terapi (memakai tape recorder), yang pada tahun 1940an membuka sesi klien untuk dicermati orang lain masih tabu. Dengan cara itu orang mulai belajar mengenal hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya.

Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankan aspek struktural dari kepribadian. Namun, dari 19 rumusannya mengenai hakekat pribadi, diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya, organisme, medan fenomenal, dan self.

Organisme
Organisme adalah secara fisik makhluk dengan semua fisik dan fungsi psikologi. Hal tersebut termasuk medan fenomenal dan self. Organisme ini juga lokus pada semua pengalaman dan pengalaman adalah segala potensi yang tersedia untuk kesadaran bahwa itu sedang berlangsung di dalam organisme pada momen apapun yang diberikan. Medan fenomenal “tidak pernah dapat dikenal ke yang lain kecuali melalui hasil empatik dan kemudian tidak pernah menjadi sempurna dikenal” (Rogers, 1959).

Self (diri)
Self pada konsep self adalah “diorganisir, konsisten konseptual gestalt yang terdiri dari persepsi pada karakteristik ‘aku’ atau ‘saya’ dan persepsi pada hubungan ‘aku’ atau ‘saya’ pada yang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama-sama dengan nilai-nilai yang ada untuk persepsi ini” (Rogers, 1959). Self merupakan cairan, perubahan Gestalt, dan mungkin menjadi di dalam atau keluar dari kesadaran. Self merupakan pusat konstruksi dalam teori Rogers.


Dinamika Kepribadian
Rogers, organisme mempunyai kekuatan motivasi yang tunggal dan tujuan yang tunggal dalam hidup yaitu menjadi aktualisasi diri. Dua dari banyaknya kebutuhan yang penting adalah kebutuhan untuk penerimaan secara positif (positive regards) pada yang lain dan kebutuhan untuk penerimaan diri (self regards). Kebutuhan ini dipelajari sejak masa infansi, ketika bayi dicintai dan disayang dan menerima penerimaan secara positif dari orang lain.

Perkembangan Kepribadian
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, dan tidak melakukan riset jangka panjang yang mempelajari hubungan anak dengan orangtuanya. Namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, ekspansi, otonom, sosial, dan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Struktur self menjadi bagian terpisah dari medan fenomenal dan semakin kompleks. Self berkembang secara utuh keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagiannya. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap kongruen dengan struktur self.
Menurut Rogers tujuan hidup adalah mencapai aktualisasi diri, atau memiliki ciri-ciri kepribadian yang membuat kehidupan menjadi sebaik-baiknya. Pandangan ini dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Kehidupan yang sebaik-baiknya bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah dimana orang dapat berpartisipasi sepenuhnya sesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merelisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya.
Para psikolog yang beraliran humanistik percaya bahwa inti dari perkembangan individu adalah kekuatan dorongan dari diri individu itu sendiri untuk memaksimalkan potensi diri mereka. Abraham Maslow dan Carl Rogers menghabiskan waktu mereka untuk mengembangkan pandangan humanistik secara luas, sehingga dapat diterima oleh para pekerja yang peduli akan kesehatan mental. Konsep dan teori mereka telah menghasilkan suatu legitimasi demi kemajuan masa depan para pendidik, psikolog, dan konselor.
Maslow dan Rogers keduanya sama-sama menekankan sisi keunikan manusia sebagaimana mereka tumbuh dan berkembang, para ahli kesehatan mental menyebutnya sebagai ”individual differences”.
Seorang individu akan berkembang dengan sehat apabila atmosfir dan lingkungan dimana mereka tumbuh dapat menerima dan memberikan ”positive regards” kepada mereka. Mengacu pada teori Maslow sejumlah informasi dan teknik modifikasi tingkah laku tidaklah terlalu penting, selama individu tersebut secara alami selalu bersikap baik dan melakukan hal-hal yang baik. Pertumbuhan individu memberikan nilai-nilai yang dapat membantu mereka untuk memilih dan memfilter apa yang dialami, dilihat dan pelajari, sehingga membentuk sikap dan gaya belajar yang menjadikan setiap orang unik dan berbeda.

Implikasi dalam Bimbingan dan Konseling
Pada tahun 1959, pada awal berdirinya NDEA Institut Bimbingan, merupakan kekuatan pendorong bagi pergerakan konseling sekolah di Amerika, teori Maslow digunakan hampir keeseluruhan kurikulum dasar konseling.
Dilihat dari sudut pandang perkembangan manusia, Maslow memberi perhatian pada konselor dan pendidik dengan konsep keaslian, kongruen, empati, dan unconditional regards. Pada konteks ini hubungan antar manusia menjadi lebih penting dibanding teknik-teknik terapeutik dalam memaksimalkan potensi manusia.
Teori-teori humanis mempunyai pengaruh yang luas pada pendidikan sama seperti terhadap konseling dan terapi. Beberapa pandangan dan pendekatan humanistik sangat simple dan optimistik. Setiap manusia, termasuk anak-anak, membutuhkan keberadaan sistem nilai yang terpadu, ketidakberadaan nilai-nilai akan menciptakan gangguan-gangguan psikologis pada diri individu. Konsep Maslow tentang pendidikan nilai ini sangat mendukung akan keberhasilan program bimbingan dan konseling di sekolah.
Pendekatan terapi yang berpusat pada klien dari Rogers sebagai metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanistik dan holisme terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh (berfungsi secara utuh).


Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa teori humanistik dan holisme dari Abraham Maslow dan Carl Rogers adalah memandang manusia secara utuh sebagai manusia. Menurut Maslow dalam hirarki kebutuhan, manusia dapat mencapai puncak dari kebutuhan yaitu aktualisasi diri jika kebutuhan-kebutuhan dasar sudah terpenuhi dengan baik. Kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai dan mencintai, dan kebutuhan akan harga diri.
Rogers berpendapat bahwa manusia dipandang dengan unconditional positive regards. Pandangan ini selalu memandang bahwa manusia dapat berfungsi secara utuh, sehingga pada akhirnya dapat menerima diri kemudian dapat merealisasikan dirinya dengan baik.




















DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Hall, C.S & Lindzey G. (1985). Introduction Theories of Personality. Singapore: John Wiley & Sons, Inc.

Suryabrata, S. (1998). Psikologi Kepribadian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Yusuf, Syamsu LN, dan Juntika, A. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.